Rabu, 19 Juni 2013

Cerita Sang Pahlawan: Sampai meninggal Soekarno tak punya rumah pribadi

Awan hitam menggantung di senjakala hidup Soekarno. Kekuasaannya dipreteli Orde Baru. Tubuh dan jiwanya dimasukkan dalam tahanan rumah. Dijaga ketat sehingga tak bisa melihat rakyat Indonesia. Ini siksaan terberat untuk Soekarno. Menyaksikan kerumunan rakyat dan bicara dengan mereka adalah jiwa Soekarno.

Soekarno ditahan di Wisma Yasoo, tempatnya dulu tinggal bersama Ratna Sari Dewi alias Naoko Nemoto. November 1966, Soekarno meminta Dewi meninggalkan Jakarta. Saat itu Dewi sedang mengandung, Soekarno takut terjadi apa-apa. Maka dia mendesak Dewi kembali ke Jepang.

Bangunan Wisma Yasoo itu milik negara. Setelah Dewi ke luar negeri, rumah itu kosong. Akhirnya Soeharto menahan Soekarno di sana seorang diri. Hingga meninggal, Soekarno tak punya rumah pribadi.

"Aku satu-satunya presiden di dunia ini yang tidak punya rumah sendiri. Baru-baru ini rakyatku menggalang dana untuk membuatkan sebuah gedung buatku. Tapi di hari berikutnya aku melarangnya. Ini bertentangan dengan pendirianku. Aku tidak mau mengambil sesuatu dari rakyatku. Aku justru ingin memberi mereka," ujar Soekarno seperti ditulis Cindy Adams dalam buku 'Bung Karno, Penyambung Lidah Bangsa Indonesia'.

Sebenarnya Soekarno pernah 'hampir' punya rumah. Ada sebuah rumah di Batu Tulis, Bogor, yang merupakan milik Soekarno. Tetapi saat Soekarno lengser, rumah itu disita Orde Baru.

Tragisnya di Wisma Yasoo, Soekarno hidup kekurangan. Dia sering kekurangan uang, bahkan untuk biaya hidup dan pegangan sehari-hari. Walaupun status tahanan, tentu ada saja keperluan Soekarno yang tak ditanggung negara. Akhirnya Soekarno sempat meminta bantuan untuk meminjam uang.

Soekarno juga tak punya mobil pribadi. Mobil miliknya dijual untuk membiayai pembangunan Patung Pancoran.

Pada Februari 1967, Soekarno dirawat di rumah sakit dan meminta Edhi Sunarso menemui dia. Dalam kondisi sakit, Soekarno meminta Edi menyelesaikan patung itu dan segera dipasang. Edi memberitahukan proyek itu mandek karena kurang biaya.

Sampai-sampai Edhi menggadaikan rumahnya. Mendengar hal itu, Soekarno meminta asistennya menjual salah satu mobilnya dan uangnya diserahkan kepada Edhi Sunarso.

Seminggu kemudian, Edhi menerima uang dari penjualan mobil itu sebanyak Rp 1,7 juta. Dengan uang itu, dia menyelesaikan pembuatan tugu Pancoran.

Soekarno meninggal 21 Juni 1970. Tak ada warisan yang ditinggalkan Soekarno pada bangsa ini selain semangat dan gelora revolusi.

sumber:merdeka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar